Selasa, 17 Maret 2015

[016] An Nahl Ayat 014

««•»»
Surah An Nahl 14

وَهُوَ الَّذِي سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُوا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُوا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
««•»»
wahuwa alladzii sakhkhara albahra lita/kuluu minhu lahman thariyyan watastakhrijuu minhu hilyatan talbasuunahaa wataraa alfulka mawaakhira fiihi walitabtaghuu min fadhlihi wala'allakum tasykuruuna

««•»»
Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.
««•»»
It is He who disposed the sea [for your benefit] that you may eat from it fresh meat, and obtain from it ornaments, which you wear —and you see the ships plowing through it— and that you may seek of His grace, and that you may give thanks.
««•»»

Sesudah itu Allah SWT menyebutkan nikmat-nikmat Nya yang diberikan kepada hamba-Nya, yang terdapat di lautan. Allah SWT menjelaskan bahwa Dia yang telah mengendalikan lautan untuk manusia yaitu mengendalikan segala macam nikmat Nya, yang terdapat di lautan agar supaya manusia dapat memperoleh makanan dari lautan itu, yaitu daging yang segar. Dimaksud dengan daging yang segar di sini ialah segala macam jenis ikan yang diperoleh manusia dengan jalan menangkapnya. Bukan ikan yang telah mati dan membusuk di lautan. Disebutkan ikan itu dengan daging yang segar agar supaya dapat memahami bahwa yang boleh dimakan dari segala jenis ikan yang terdapat di dalam lautan itu ialah yang ditangkap dalam keadaan hidup, meskipun binatang itu mati tanpa disembelih.

Akan tetapi apabila segala jenis ikan itu diperoleh telah menjadi bangkai apalagi telah membusuk, maka tidak boleh dimakan karena dikhawatirkan membahayakan kesehatan orang-orang yang memakannya. Dimaksud dengan binatang yang mati di lautan ialah binatang yang mati dengan sendirinya atau karena sebab-sebab yang lain sehingga binatang itu mati mengambang di dalam air, bukan binatang yang mati karena ditangkap oleh manusia.

Rasulullah bersabda:
ما نضب عنه الماء فكلوا وما لفظه فكلوا وما طفا فلا تأكلوا
Semua binatang laut yang mati karena kehabisan air makanlah dan semua binatang laut yang terdampar ke daratan dan lautan makanlah. Tetapi binatang yang terapung di lautan janganlah dimakan.
(H.R Jabir).

Demikian sabda Nabi Muhammad saw:
هو الطهور ماؤه الحل ميتته
Air laut itu suci airnya dan halal bangkainya".
(H.R Arba'ah dari Abu Hurairah dari Ibnu Syaibah).

Hendaklah dipahami bahwa bangkai binatang air laut yang halal dimakan ialah binatang yang ditangkap oleh manusia, yang terlempar ke daratan, yang mati kerana kehabisan air, yang masih segar bukan binatang yang mati terapung di lautan yang sudah membusuk.

Sesudah itu Allah SWT menyebutkan nikmat-Nya yang lain yang didapat manusia dan lautan yang mereka pergunakan sebagai perhiasan. Perhiasan yang didapat orang dan lautan ialah sebangsa mutiara dan marjan. Mutiara adalah sebangsa lokan yang diproses kejadiannya sebagai berikut:

Ada semacam benda keras, pasir atau benda lainnya yang memasuki lokan itu. Karena benda itu begitu mengganggu pada organ-organ tubuhnya dibungkuslah benda keras itu oleh semacam cairan yang dapat mengeras. Proses itu berlaku terus sehingga lama kelamaan terjadilah benda yang bulat dan mengkilat yang warnanya putih kebiru-biruan atau kemerah-merahan atau kekuning-kuningan yang sangat indah dipandang mata. Benda itu dikeluarkan oleh manusia dari sebangsa lokan tadi ada yang kecil dan ada yang besar sesuai dengan lamanya benda itu di dalam tubuh lokan itu dan besarnya lokan itu sendiri, dan itulah yang dimaksud dengan mutiara.

Perhiasan yang lain adalah marjan sebangsa tumbuh-tumbuhan yang hidup di dasar laut yang mirip dengan sebangsa karang. Marjan itu diambil oleh manusia dari lautan dan dapat dibuat kalung atau gelang dan perhiasan lain yang sangat indah. Kesemuanya itu berupa nikmat Allah yang diberikan kepada manusia yang tiada bernilai harganya.

Dan di antara nikmat yang diberikan kepada manusia yang didapat dari lautan itu ialah bahwa dapat dijadikan lalu lintas pelayaran, baik oleh kapal-kapal layar ataupun kapal-kapal api yang hilir mudik dari suatu negara ke negara lain untuk mengangkut segala macam barang perdagangan sehingga mempermudah perdagangan dari suatu negara ke negara lain. Dari perdagangan itulah orang-orang mendapat rezeki karena untung yang diperoleh dari padanya. Nikmat-nikmat Allah itu disebutkan dengan maksud agar supaya manusia dapat mensyukuri semua nikmat Allah yang diberikan kepada mereka itu dan agar manusia dapat memahami betapa besarnya nikmat Allah yang telah diberikan pada mereka dan memanfaatkan nikmat yang tiada taranya itu untuk kesejahteraan mereka.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Dan Dialah yang menundukkan lautan) Dia telah membuatnya jinak sehingga dapat dinaiki dan diselami (agar kalian dapat memakan daripadanya daging yang segar) yaitu ikan (dan kalian mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kalian pakai) yaitu berupa mutiara dan marjan (dan kamu melihat) menyaksikan (bahtera) perahu-perahu (berlayar padanya) dapat melaju di atas air; artinya dapat membelah ombak melaju ke depan atau ke belakang hanya ditiup oleh satu arah angin (dan supaya kalian mencari) lafal ini diathafkan kepada lafal lita`kuluu, artinya supaya kalian mencari keuntungan (dari karunia-Nya) karunia Allah swt. lewat berniaga (dan supaya kalian bersyukur) kepada Allah swt. atas karunia itu.
««•»»
And He it is Who disposed the sea, [He it is Who] subdued it, that it might be sailed upon and dived in, that you may eat from it fresh meat, that is, fish, and bring forth from it ornaments which you wear, namely, pearls and coral. And you see, observe, the ships ploughing therein, ploughing through the water, that is, cleaving it as they sail upon it, coming and going with the same wind; and that you may seek (wa-li-tabtaghū is a supplement to li-ta’kulū, ‘that you may eat’) of His bounty, exalted He be, by way of commerce, and that you might be thankful, to God for [all] that.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

[AYAT 13][AYAT 15]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
13of128
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=16&tAyahNo=14&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#16:13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar